Minggu, 11 November 2012

SUNAN IBNU MAJAH


1. Nama Lengkap, Kelahiran dan Wafatnya
Imam Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi'i al-Qarwini, pengarang kitab As-Sunan dan kitab-kitab bemanfaat lainnya. Kata "Majah" dalam nama beliau adalah dengan huruf "ha" yang dibaca sukun; inilah pendapat yang sahih yang dipakai oleh mayoritas ulama, bukan dengan "ta" (majat) sebagaimana pendapat sementara orang. Kata itu adalah gelar ayah Muhammad, bukan gelar kakeknya, seperti diterangkan penulis Qamus jilid 9, hal. 208. Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan-Nibayah, jilid 11, hal. 52.
Imam Ibnu Majah dilahirkan di Qaswin pada tahun 209 H, dan wafat pada tanggal 22 Ramadhan 273 H. Jenazahnya dishalatkan oleh saudaranya, Abu Bakar. Sedangkan pemakamannya dilakukan oleh kedua saudaranya, Abu Bakar dan Abdullah serta putranya, Abdullah.
2. Pengembaraannya
Ia berkembang dan meningkat dewasa sebagai orang yang cinta mempelajari ilmu dan pengetahuan, teristimewa mengenai hadits dan periwayatannya. Untuk mencapai usahanya dalam mencari dan mengumpulkan hadits, ia telah melakukan lawatan dan berkeliling di beberapa negeri. Ia melawat ke Irak, Hijaz, Syam, Mesir, Kufah, Basrah dan negara-negara serta kota-kota lainnya, untuk menemui dan berguru hadits kepada ulama-ulama hadits. Juga ia belajar kepada murid-murid Malik dan al-Lais, rahimahullah, sehingga ia menjadi salah seorang imam terkemuka pada masanya di dalam bidang ilmu nabawi yang mulia ini.
3. Aktivitas Periwayatannya
Ia belajar dan meriwayatkan hadits dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Hisyam bin 'Ammar, Muhammad bin Ramh, Ahmad bin al-Azhar, Bisyr bin Adan dan ulama-ulama besar lain.
Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Muhammad bin 'Isa al-Abhari, Abul Hasan al-Qattan, Sulaiman bin Yazid al-Qazwini, Ibnu Sibawaih, Ishak bin Muhammad dan ulama-ulama lainnya.
4. Penghargaan Para Ulama Kepadanya
Abu Ya'la al-Khalili al-Qazwini berkata: "Ibnu Majah adalah seorang kepercayaan yang besar, yang disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan argumentasi pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal hadits."
Imam adz-Dzahabi dalam Tazkiratul Huffaz, melukiskannya sebagai seorang ahli hadits besar mufasir, pengarang kitab sunan dan tafsir, serta ahli hadits kenamaan negerinya. Ibnu Katsir, seorang ahli hadits dan kritikus hadits berkata dalam Bidayah-nya:
"Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab sunan yang masyur. Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan danpandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada hadits dan usul dan furu'."
5. Karya-karyanya
Imam Ibnu Majah mempunyai banyak karya tulis, di antaranya:
1.. Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab Hadits yang Pokok).
2.. Kitab Tafsir Al-Qur'an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti diterangkan Ibnu Katsir.
3.. Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibnu Majah.

Guru-guru beliau
Ibnu Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits lainnya, beliau mempunyai guru yang sangat banyak sekali. Diantara guru beliau adalah;
   1. ‘Ali bin Muhammad ath Thanâfusî
   2. Jabbarah bin AL Mughallas
   3. Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair
   4. Suwaid bin Sa’îd
   5. Abdullâh bin Muawiyah al Jumahî
   6. Muhammad bin Ramh
   7. Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi
   8. Muhammad bin Abdullah bin Numair
   9. Abu Bakr bin Abi Syaibah
  10. Hisyam bin ‘Ammar
  11. Abu Sa’id Al Asyaj
Dan yang lainnya.

Murid-murid beliau
Keluasan ‘ilmu Ibnu Majah membuat para penuntut ilmu yang haus akan ilmu berkeliling dalam majlis yang beliau dirikan. Maka sangat banyak sekali murid yang mengambil ilmu darinya, diantara mereka adalah;
   1. Muhammad bin ‘Isa al Abharî
   2. Abu Thayyib Ahmad al Baghdadî
   3. Sulaiman bin Yazid al Fami
   4. ‘Ali bin Ibrahim al Qaththan
   5. Ishaq bin Muhammad
   6. Muhammad bin ‘Isa ash Shiffar
   7. ‘Ali bin Sa’îd al ‘Askari
   8. Ibnu Sibuyah
   9. Wajdî Ahmad bin Ibrahîm
Dan yang lainnya.

6. Sekilas Tentang Sunan Ibnu Majah
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Ibnu Majah terbesar yang masih beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah, nama Ibnu Majah menjadi terkenal.
Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan beberapa bab. Sunan ini terdiri dari 32 kitab, 1.500 bab. Sedang jumlah haditsnya sebanyak 4.000 buah hadits.
Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh, yang dikerjakan secara baik dan indah. Ibnu Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab tentang mengikuti sunnah Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam. Dalam bab ini ia menguraikan hadits-hadits yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan mengamalkannya.
Kedudukan Sunan Ibnu Majah di antara Kitab-kitab Hadits
Sebagian ulama tidak memasukkan Sunan Ibnu Majah ke dalam kelompok "Kitab Hadits Pokok" mengingat derajat Sunan ini lebih rendah dari kitab-kitab hadits yang lima.
Sebagian ulama yang lain menetapkan, bahwa kitab-kitab hadits yang pokok ada enam kitab (Al-Kutubus Sittah/Enam Kitab Hadits Pokok), yaitu:
1.. Sahih Bukhari, karya Imam Bukhari.
2.. Sahih Muslim, karya Imam Muslim.
3.. Sunan Abu Dawud, karya Imam Abu Dawud.
4.. Sunan Nasa'i, karya Imam Nasa'i.
5.. Sunan Tirmizi, karya Imam Tirmizi.
6.. Sunan Ibnu Majah, karya Imam Ibnu Majah.
Ulama pertama yang memandang Sunan Ibnu Majah sebagai kitab keenam adalah al-Hafiz Abul-Fardl Muhammad bin Tahir al-Maqdisi (wafat pada 507 H) dalam kitabnya Atraful Kutubus Sittah dan dalam risalahnya Syurutul 'A'immatis Sittah.
Pendapat itu kemudian diikuti oleh al-Hafiz 'Abdul Gani bin al-Wahid al-Maqdisi (wafat 600 H) dalam kitabnya Al-Ikmal fi Asma' ar-Rijal. Selanjutnya pendapat mereka ini diikuti pula oleh sebagian besar ulama yang kemudian.
Mereka mendahulukan Sunan Ibnu Majah dan memandangnya sebagai kitab keenam, tetapi tidak mengkategorikan kitab AlMuwatta' karya Imam Malik sebagai kitab keenam, padahal kitab ini lebih sahih daripada Sunan Ibnu Majah, hal ini mengingat bahwa Sunan Ibnu Majah banyak zawa'idnya (tambahannya) atas Kutubul Khamsah. Berbeda dengan Al-Muwatta', yang hadits-hadits itu kecuali sedikit sekali, hampir seluruhnya telah termuat dalam Kutubul Khamsah.
Di antara para ulama ada yang menjadikan Al-Muwatta' susunan Imam Malik ini sebagai salah satu Usulus Sittah (Enam Kitab Pokok), bukan Sunan Ibnu Majah. Ulama pertama yang berpendapat demikian adalah Abul Hasan Ahmad bin Razin al-Abdari as-Sarqisti (wafat sekitar tahun 535 H) dalam kitabnya At-Tajrid fil Jam'i Bainas-Sihah. Pendapat ini diikuti oleh Abus Sa'adat Majduddin Ibnul Asir al-Jazairi asy-Syafi'i (wafat 606 H). Demikian pula az-Zabidi asy-Syafi'i (wafat 944 H) dalam kitabnya Taysirul Wusul.
7. Nilai Hadits-hadits Sunan Ibnu Majah
Sunan Ibn Majah memuat hadits-hadits sahih, hasan, dan da'if (lemah), bahkan hadits-hadits munkar dan maudu' meskipun dalam jumlah sedikit.
Martabat Sunan Ibn Majah ini berada di bawah martabat Kutubul Khamsah (Lima Kitab Pokok). Hal ini karena kitab sunan ini yang paling banyaknya hadits-hadits da'if di dalamnya.
Oleh karena itu tidak seyogyanya kita menjadikan hadits-hadits yang dinilai lemah atau palsu dalam Sunan Ibnu Majah ini sebagai dalil. Kecuali setelah mengkaji dan meneliti terlebih dahulu mengenai keadaan hadits-hadits tersebut. Bila ternyata hadits dimaksud itu sahih atau hasan, maka ia boleh dijadikan pegangan. Jika tidak demikian adanya, maka hadits tersebut tidak boleh dijadikan dalil.


Rabu, 13 Juni 2012

Potret Manusia Dalam Surat Alfatihah (Teori Emotion Intelegen Goldmant)


Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Teori Aplikasi Sastra II
Pengampu : Dr. Bermawi Munthe M.A

Disusun oleh :
Syafa’at Syareh Syifa
(09110049)

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012




A. PENDAHULUAN
            Surat Al-Fatihah merupakan jalan pembuka dalam menelusuri hukum-hukum dalam alquran, isi dalam kandungannya menghantarkan pada petunjuk hidup manusia. Manusia tidak lepas dari petunjuk, arahan serta bimbingan. Karena hidup adalah pilihan dan pilihan yang menentukan kehidupan selanjutnya. Maka dari itu manusia berusaha untuk melintas di jalan yang benar, meski demikian rintangan yang dihadapi cukup sulit dan kadang mereka merasa nyaman dengan kesesatan. Dalam hal ini penulis akan mencoba menerawang keadaan manusia dengan menggunakan teori psikologi goldmant.
Psikologi berasal dari perkataan Yunani ‘psyche’ yang artinya jiwa, dan ‘logos’ yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata) psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik (Ahmadi, 2003: 1). Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia.
            Teori Psikolog Goldmant salah satunya adalah membuat kerangka kerja emosi yang mengolah suatu teks dan mengungkap psikologi manusia atau tokoh di dalamnya. Melalui teori ini penulis akan mengungkap latar belakang kejiwaan atau potret manusia dalam surat Alfatihah.
B. PEMBAHASAN
Potret Manusia Dalam Surat Alfatihah
(Teori Emotion Intelegen Goldmant)
1. Kesadaran Diri
            Manusia selalu ragu atau kurang yakin terhadap apa yang harus ditempuh. Seperti halnya bayi yang baru lahir dan ia belum tahu apa-apa hingga ia bergantung pada ibunya. Manusia amatlah lemah tanpa kasih sayang Allah manusia tidak akan bisa hidup.          
Dikala hendak melakukan sesuatu, manusia sudah berfikir tentang efek atau akibat yang akan menimpanya, baik maupun yang buruk.
            Di dalam surat Al-Fatihah, dengan menggunakan teori Gold Mant, manusia berkarakter ingin selalu diberikan petunjuk jalan hidupnya agar apa yang ia tempuh berada dalam jalan yang benar sesuai dengan aturan. Hal ini terdapat dalam ayat “IHDINASSHIRATALMUSTAQIM“.  Sadar bahwa mereka masih labil, amat fakir dari petunjuk yang lurus.
2. Pengaturan Diri
            Kendali diri : Mengindikasikan manusia harus bisa menguasai dirinya dari segala nafsu, jangan sampai selalu menuruti apa yang nafsu rasakan. Ketika manusia tidak bisa mengendalikan dirinya, membuat mereka sesat atas perbuatannya.
            Kehati-hatian : Dengan ancaman Allah dan dengan pengalaman sejarah atas orang-orang sebelumnya tentang akibat dari perbuatan orang-orang yang sesat sehingga membuat mereka menderita hingga pada akhirnya mereka harus waspada dengan tidak akan mengulangi kesalahan yang selanjutnya. Terbukti dalam ayat “GHAIRIL MAGHDUBI ‘ALAIHIM WALADDHAALLIM”. Digambarkan dalam surat tersebut manusia tidak menginginkan hidupnya menderita dengan diberikannya kesesatan.
            Adabtabilitas : Manusia pada umumnya tidak lepas dari sifat orang tuanya karena mengikuti atau belajar dari kehidupan mereka. Dengan faktor lingkungan, sosial dan  keinginan yang mendasar atas kenikmatan yang telah diberikan pada orang-orang yang beruntung, maka mereka yang menginginkan akan sesuatu tersebut harus berusaha mengikuti jalan mereka yang telah diberikan kenikmatan oleh Allah agar bisa seperti mereka. Tercantum dalam ayat “ALLADZINA AN’AMTA ‘ALAIHIM”.
3. Motifasi      
Inovasi : Alquran mampu mencatat kejadian, sejarah yang ada. Mencatat kehidupan manusia, gambaran kehidupan manusia yang diberikan rahmat maupun azab dari Allah. Terbukti dalam kutipan ayat “shirathal ladzina an’amta ‘alaihim….”
            Dorongan Prestasi : Bermacam-macam langkah yang ditempuh manusia demi mencapai suatu tujuan atau cita-cita. Dalam ayat tersebut manusia terdorong oleh rasa keinginan. Kenikmatan hidup di dunia dan akhirat menjadi faktor dalam prestasi yang akan dicapai. Langkah yang dijalani adalah bermunajat memohon kepada sang pencipta disertai usaha agar diberikan apa yang diinginkan.
            Komitmen : Tetap berada dalam jalan yang lurus dengan mengikuti aturan yang telah dilakukan orang-orang yang telah diberikan kenikmatan, hingga pada akhirnya keinginannya itu bisa tercapai.
            Inisiatif : Kesadaran dari diri manusia untuk merubah hidupnya dari keterpurukan. Semuanya harus ada usaha untuk keluar dari hal tersebut. Maka dari itu inisiatif niat harus ditonjolkan dalam diri dan fokus terhadap cita-cita yang dicapai.
            Optimis : Berpegang pada komitmen, prestasi yang akan dicapai, manusia bertahan dalam jalan yang benar dan yakin akan keberhasilan yang akan dicapai.
4. Kecakapan Sosial
Memahami orang lain : Memahami orang ternyata tidak mudah. Sebab, banyak faktor yang menentukan sifat dan perilaku mereka. Setiap orang memiliki jalan pikiran yang berbeda-beda. Perbedaan itu  disebabkan oleh  banyak hal, misalnya oleh latar belakang pekerjaan yang berbeda, pendidikan, agama,  kepentingan dan kebutuhan, dan lain-lain. Seorang petani akan memiliki pikiran yang berbeda dari pedagang. Pedagang berbeda dari seorang guru. Begitu pula seorang guru akan berbeda dari seorang murid atau juga mahasiswa.
Dalam hal ini manusia dalam surat Alfatihah ini mampu memahami situasi dan kondisi orang lain. Karena manusia dibekali akal pikiran yang mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Manusia mengenal orang lain yang dilanda azab kesesatan disamping itu ia juga mengenali orang lain yang diberikan petunjuk jalan yang lurus.
            Memanfaatkan keragaman : dengan memahami isi surat tersebut manusia menyimpulkan bahwa betapa banyak keragaman dalam hidup yang sempurna jika kita patuh kepada Tuhan yang Maha Esa.
            Orientasi Pelayanan : Di sini manusia sangat berusaha untuk mengantisipasi jalan keburukan dengan takut pada kemurkaan Allah. Mereka patuh dan taqwa kepada Allah yakni menjalankan segala perintahnya serta menjauhi segala larangannya. “Ghairil Maghdubi ‘aliahim Waladhdhaallin”.

C.KESIMPULAN
Keadaan manusia tidak semuanya sempurna, mereka yang diberikan kesempurnaan kadang tidak bisa mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan. Kenikmatan yang tidak disadari akan kedatangannya datang melalui makhluk-makhluk lain. Hati mereka telah dibutakan dengan nafsu duniawi, keserakahan dan kesombongan. Karena hal itulah mereka menjadi sesat dan mungkin tidak akan bisa kembali. Sedangkan mereka yang diberi kesederhanaan hidup akan menyadari dan mensyukuri atas segala yang telah diberikan.  Walaupun realitasnya mereka juga ingin merasakan kesempurnaan. Namun tidak semuanya bagi orang-orang yang diberikan kesederhanaan mampu mensyukuri hidupnya.
Dengan kesadaran akan kesesatan yang akan mereka lakukan, maka mereka patuh dan tunduk terhadap apa yang ada dalam alquran dan senantiasa menjadikan alquran sebagai pedoman hidup agar jalan yang ditempuh manusia senantiasa lurus dan selamat sampai tujuan. Selain itu, apa yang terkandung dalam alquran harus benar-benar dipahami maknanya. Melalui teori tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia harus berani menjalani hidup dengan hidup apa adanya harus mampu membuat diri manusia menjadi paham dan memiliki kesadaran diri, pengaturan diri agar mampu menempatkan tindakannya pada kondisi yang tepat dan berhati-hati dalam bertindak sehingga mampu beradabtasi dengan lingkungan yang dihadapi, memilki motivasi dan kecakapan sosial.


Sumber :
Hand Out Mata Kuliah Teori Aplikasi Sastra “Kerangka Kerja Kecakapan Emosi”